Teknologi Terbaru 2 | Persaingan Teknologi dan Inovasi Luar Angkasa China-AS - Teknologi Terbaru 2 | Technology News 2 | News Technology 2

Breaking

About Me

Jumat, 12 April 2019

Teknologi Terbaru 2 | Persaingan Teknologi dan Inovasi Luar Angkasa China-AS

Persaingan Teknologi dan Inovasi Luar Angkasa China-AS

Persaingan Teknologi dan Inovasi Luar Angkasa China-AS
Jade Rabbit 2, Mobil Bulan Buatan China. (China National Space Administration/CNS via REUTERS)

Jakarta, Indonesia -- Pada masa perang dingin, mata Amerika Serikat terpaku pada roket dan satelit besutan Uni Soviet. Namun, dalam sejumlah tahun terakhir ini, program luar antariksa China lah yang mulai 'mengkhawatirkan' para berpengalaman strategi AS.

Dilansir dari AFP, Tentara Pembebasan Rakyat atau tentara nasional China ketika ini yang memegang 'kendali' atas roket luar antariksa yang meluncur. Jika dihitung, ketika ini China mengenalkan roket jauh lebih tidak sedikit dari negara lain. 

Sepanjang 2018, China mengenalkan 39 roket, sementara AS 31 roket, menyusul 20 roket oleh Rusia dan 8 oleh Eropa. 

Puncaknya, mula 2019 ini China sukses mendaratkan pengembara ruang antariksa di sisi tergelap bulan, atau sisi terjauh yang pernah dicapai oleh insan bumi. Penjelajahan ini menjadi yang kesatu dilaksanakan di dunia. 
Lihat juga:Lawatan Bos Badan Antariksa Batal, Rusia Tuntut Penjelasan AS
Rencananya, China akan membina stasiun ruang antariksa yang dapat mengorbit satu dasawarsa mendatang. Rencana jangka panjang, mereka bercita-cita dapat menanam 'taikonaut' di bulan untuk mengerjakan moonwalk kesatu semenjak 1972.

China memang tercatat menguras lebih tidak sedikit untuk program luar antariksa sipil dan militer bila dikomparasikan Rusia dan Jepang. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan memperkirakan perkiraan China pada 2017 selama US$8,4 miliar.

Analis konsultan Bryce Space and Technology, Phil Smith mengungkapkan jumlah tersebut sebetulnya jauh lebih tidak banyak dari perkiraan AS guna program luar antariksa militer dan sipilnya selama US$48 miliar.

Namun, lebih dari dua kali lipat perkiraan sipil Rusia, yang telah dicukur menjadi US$3 miliar.
Lihat juga:Alasan China Lakukan Misi ke Bulan
Mengatasi kelambatan sejumlah dekade, semua pemimpin China sudah secara paling metodis mereplikasi langkah pengembangan ruang yang dijangkau oleh negara-negara besar lainnya.

Satelit kesatu pada 1970, tujuan luar antariksa berawak kesatu pada 2003, docking kesatu dari pesawat ruang antariksa berawak ke modul yang mengorbit di 2012, dan aktivasi sistem navigasi satelit BeiDou, jawaban Cina guna GPS.

"Jika mereka melanjutkan lintasan ini, mereka bakal dengan cepat mendahului Rusia dalam hal keterampilan teknologi luar antariksa mereka," kata Todd Harrison, seorang pakar program ruang antariksa militer di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.

Sumber Daya Bulan

Saat ini, guna pasar satelit komersial, China memang belum menjadi ancaman. Pasalnya, pasar komersial masih tetap didominasi oleh sejumlah perusahaan AS dan Eropa laksana SpaceX serta Arianespace.

Di samping itu, peradaban China dalam eksplorasi ruang antariksa juga belum melampaui peradaban AS. Kepala NASA memberi selamat untuk China atas pendaratannya di Chang'e-4 Moon. Namun, AS tetap tak dapat menggelar kerjasama dengan China. 

Salah satu Undang-Undang AS tahun 2011 tidak mengizinkan kerjasama ruang antariksa dengan Beijing, meskipun kongres bisa mengusung pembatasan itu.

Persaingan bahwasannya ada di dua bidang yaitu jangka pendek tentang pemakaian ruang oleh militer dan jangka panjang mengenai pemerasan sumber daya di ruang angkasa.


Penambangan mineral atau air di Bulan atau di asteroid, khususnya untuk menghasilkan bahan bakar guna roket, masih jauh, tetapi semua start-up Amerika telah bekerja di sana.

Tidak laksana Perang Dingin, penaklukan ruang yang baru dilangsungkan sebagian besar dalam kekosongan hukum.

Pada 1960-an dan 1970-an, Washington dan Moskow menegosiasikan sejumlah perjanjian mengenai ruang, khususnya untuk memastikan kerja sama ilmiah dan untuk tidak mengizinkan senjata pemusnah massal di ruang angkasa.

"Perjanjian terlampau samar guna benar-benar yakin apa hasil hukum guna sesuatu laksana penambangan luar angkasa," kata Frans von der Dunk, seorang profesor hukum ruang antariksa di Universitas Nebraska-Lincoln. (age/age)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar