Teknologi Terbaru | Teknologi Terbaru Pertanian - Teknologi Terbaru 2 | Technology News 2 | News Technology 2

Breaking

About Me

Senin, 01 Juli 2019

Teknologi Terbaru | Teknologi Terbaru Pertanian



Alat ini adalah hasil penelitian siswa SMKN 1 Glagah, Banyuwangi.

Teknologi Terbaru - Terobosan teknologi hasil karya anak muda Indonesia tak terdapat habisnya. Terbaru, hasil penelitian lima pelajar di SMKN 1 Glagah, Banyuwangi bakal diuji jajaki oleh pihak Pemkab Banyuwangi. Ide berkilauan mereka itu ialah membuat perangkat penyiraman lahan pertanian/tanaman secara otomatis melewati kontrol dari smartphone.

"Luar biasa pengembangan teman-teman pelajar. Saya telah meminta ke Dinas Pertanian guna memanfaatkan teknologi mereka. Perlu diuji coba contohnya untuk merawat sekian banyak  komoditas tumbuhan hortikultura di area Agro Wisata Tamansuruh. Dan bertahap dapat diproduksi dan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tani di Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ketika bertemu dengan semua pelajar tersebut, Rabu (26/6).

Terdapat dua alat, yakni Sistem Irigasi Otomatis Tenaga Matahari (Singo Tangar) dan Bagaskara. Singo Tangar dipakai untuk penyiraman pada taman atau green house (lahan skala kecil guna budidaya tanaman), sedangkan Bagaskara guna lahan pertanian yang luas.

Oka Bayu Pratama, salah seorang pelajar developer teknologi itu, menuliskan bahwa tadinya dia dan teman-temannya menyaksikan halaman rumput di sekolah yang tidak jarang kali mengering ketika kemarau.


"Lalu muncul gagasan membuat penyiram tumbuhan bertenaga surya. Kan Indonesia tiap hari sinarnya terik, mengapa tidak anda manfaatkan," ujarnya seraya memeragakan alat itu sebagaimana dikutip Brilio.net dari Merdeka, Minggu (30/6).

Oka dan kawan-kawan menggeluti sekian banyak  instrumen guna merancang alat modern tersebut sekitar lebih dari dua bulan.

"Kami hendak menciptakan perangkat yang menghemat waktu, tenaga, biaya," ujar pelajar Jurusan Teknik Komputer Jaringan tersebut.

Memanfaatkan sinar matahari guna mengolah energi anas menjadi listrik merupakan keanehan alat ini. Dari listrik ditabung ke accu, lalu dipakai menghidupkan pompa dan microcontroler yang dilengkapi sensor pembaca kelembapan tanah.

"Misalnya data kelembapan terdeteksi sekian persen, mesin akan mengguyur secara otomatis. Nah, andai kelembaban tTerelah menjangkau titik tertentu, contohnya 52 persen, mesin berhenti otomatis. Jadi, selain irit energi, juga irit air," kata Oka.

Lebih unik lagi ialah pengendalinya tidak melulu lewat sensor pendeteksi kelembapan, namun dapat dengan memakai tombol ataupun dikontrol lewat smartphone pemakai.


Hari Wahyudy, guru pembimbing, menyatakan bahwa teknologi Singo Tangar sudah diaplikasikan di greenhouse SMKN 1 Glagah dan dapat memompa air dengan debit 38 liter per menit.

"Jadi bila misalnya ini digunakan di Taman Blambangan (salah satu ruang tersingkap hijau di Banyuwangi), saya kira perlu hanya satu perangkat ini," kata Hari.

Di samping Singo Tangar, terdapat penyiram tumbuhan tenaga surya berkapasitas lebih banyak untuk sawah. Namanya Bagaskara.

"Bagaskara belum dilengkapi sensor, tetapi kerjanya dapat nonstop, contohnya sejak pukul 07.00 hingga 16.30, mengekor luasan lahan pertanian. Pengendaliannya dapat dilaksanakan dengan memakai timer yang terdapat pada sistem maupun kontrol dari gadget," kata Hari.

Telah diuji di tanah kedelai hitam di Kabupaten Purwoharjo, hasil terbukti menjadi petani paling sukses Bagaskara karena dapat menghemat biaya bahan bakar generator untuk memompa air.


"Jika gunakan genset, petani keluar ongkos Rp 150 ribu per hari. Namun dengan Bagaskara, nol rupiah sebab memanfaatkan energi matahari," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar