Teknologi Terbaru | Teknologi Terbaru SDM Huawei - Teknologi Terbaru 2 | Technology News 2 | News Technology 2

Breaking

About Me

Kamis, 11 Juli 2019

Teknologi Terbaru | Teknologi Terbaru SDM Huawei

Terungkap, Penelitian Terbaru Sebut SDM Huawei Mantan Spionase Militer China



Sebuah penelitian terbaru menuding Huawei merekrut mantan personel militer China untuk bekerja dengan perusahaan. Foto/IST


Terungkap, New Studi Panggilan Huawei HR mantan spionase militer Cina

Teknologi Terbaru - Sikap teranyar Presiden AS Donald Trump terhadapi Huawei dimaknai bertolak belakang oleh sekian banyak  pihak. Huawei barangkali memandangnya Sebagai angin surga. Tapi untuk pengamat industri, urusan tersebut menyisakan kebingungan. Bagaimana perusahaan China yang baru ditetapkan sebagai ancaman terhadap ketenteraman nasional AS, tiba-tiba aman digunakan?

Laman Phone Arena melaporkan, tergelitik keadaan bingung ini, digelarlah sebuah riset mendalam oleh suatu lembaga independen. Hasilnya mencengangkan!

Investigasi mengungkap bahwa tidak melulu kekhawatiran mengenai hubungan mendalam Huawei dengan Pemerintah China saja yang dibenarkan, namun perusahaan dinilai secara aktif merekrut mantan pegawai pemerintah yang ditugaskan mengerjakan peretasan atau spionase industri. Mereka melakukan pekerjaan siber terhadap perusahaan-perusahaan Barat. 

Studi ini dilaksanakan oleh Christopher Balding, Associate Professor di Fulbright University Vietnam dan think tank konservatif yang berbasis di London Henry Jackson Society. Investigasi mengecek resume karyawan Huawei yang dibocorkan secara online dari database yang tidak aman dari website web perusahaan perekrutan.


Kesimpulannya dari riset ini merupakan personel teknis tingkat menengah yang dipekerjakan oleh Huawei mempunyai latar belakang yang powerful dalam kegiatan yang berhubungan erat dengan pendataan intelijen dan pekerjaan militer. Misalnya peretasan atau spionase industri tertentu yang dilaksanakan terhadap perusahaan-perusahaan Barat.

Salah satu CV (curiculum vitae) yang diinspeksi mencerminkan seorang karyawan Huawei yang pun memegang peran di universitas militer lokasi mereka dipekerjakan oleh Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA). Karyawan tersebut bersangkutan dengan keterampilan ruang perang, cyber, dan elektronik militer China.

CV lainnya mencerminkan seorang karyawan Huawei yang adalahperwakilan dari struktur pemerintah yang bertanggung jawab atas spionase dan kontra intelijen. Studi itu mengatakan, orang tersebut "terlibat dalam perilaku yang mencerminkan penanaman teknologi atau perangkat empuk pengambilan informasi pada produk Huawei".

"Saya tidak mempunyai bukti bahwa negara China sudah secara langsung menyuruh karyawan Huawei untuk mengerjakan tindakan spionase atau perilaku serupa. Saya katakan itu melulu karena saya tidak mempunyai rekaman audio pesanan atau email yang mengindikasikan pesanan tersebut," kata Balding. 


"Namun, saya dapat menuliskan CV mengerjakan pembicaraan mengenai perilaku laksana intersepsi informasi dan kami tahu misal di mana seorang karyawan Huawei memegang posisi ganda dalam Angkatan Dukungan Strategis PLA yang memantau peperangan elektronik dan unit perang nontradisional serupa. 

Jadi saya tidak dapat mengatakan tersebut telah dipesan, tetapi benang merah posisi dan perilaku yang mereka sebutkan pada CV mereka tampaknya menunjukkan bahwa mereka tercebur dalam perbuatan ini," katanya disitat laman Phone Arena.

Sejauh ini kekhawatiran dengan Huawei serupa bahwa perusahaan itu mempunyai hubungan dekat dengan Pemerintah China dan militernya. Kecurigaannya, perusahaan bisa memasang backdoors di perlengkapan dan layanannya yang bisa dieksploitasi oleh negara China. 

"Namun sejauh ini, kami belum menyaksikan bukti langsung dari pintu belakang seperti tersebut dalam produk Huawei, bahkan dari Pemerintah AS saat larangan tersebut kesatu kali disarankan," katanya lagi.

Lalu apa respons Huawei? Manajemen menanggapi investigasi dengan menuliskan tidak bisa memverifikasi CV yang terkaitatau SDM yang dimaksud. Dengan demikian tidak bisa mengonfirmasi kebenaran seluruh informasi yang dipublikasikan secara online.

Huawei menuliskan penelitian ini berisi pengakuan spekulatif. "Huawei mempertahankan kepandaian ketat guna merekrut kandidat dengan latar belakang militer atau pemerintah. Selama proses perekrutan, kandidat ini diwajibkan untuk memberikan arsip yang memperlihatkan bahwa mereka telah menyelesaikan hubungan mereka dengan militer atau pemerintah," kata Huawei dalam pengakuan resminya.

"Kami menyambut pelaporan profesional dan berbasis kenyataan tentang penyelidikan terhadap transparansi Huawei. Kami bercita-cita bahwa makalah riset lebih lanjut bakal berisi lebih sedikit sangkaan ketika menarik benang merah mereka, dan menghindari begitu tidak sedikit pernyataan spekulatif mengenai apa yang dipercayai Profesor Balding, menyimpulkan, dan tidak dapat mengesampingkan," kata juru bicara Huawei sambil menambahkan, Huawei pun akan mengerjakan pemeriksaan latar belakang dan menyerahkan pelatihan untuk karyawan yang bakal mempunyai akses ke jaringan dan data pelanggannya. 


Pada daftar terpisah, butuh diketahui bahwa sering personel militer meninggalkan entitas negara guna bergabung dengan perusahaan swasta di China. Motifnya ialah mencari bayaran yang lebih baik.

Terlepas dari itu, anda belum menyaksikan bukti adanya backdoor Huawei. Tetapi sekitar ini telah melihat tidak sedikit kekhawatiran. "Kami tidak berasumsi bahwa merekrut personel militer (berarti) organisasi Anda ialah sebuah spionase. Saya tidak menuliskan hal semacam itu, namun itulah yang mereka jajaki konfirmasikan. Saya katakan, dalam ucapan-ucapan personel Huawei pada kata mereka CV, mereka memegang posisi ganda untuk pendataan intelijen China dan unit perang elektronik ketika bekerja guna Huawei baik memungut pesanan dari atau berkoordinasi dengan negara Cina. Itulah yang paling mengkhawatirkan," kata Christopher Balding menanggapi komentar Huawei mengenai studinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar